Selasa, 08 April 2008

Kemayoran

Nama Kemayoran menjadi tidak asing buat kita, bukan hanya penduduk Jakarta tapi juga seluruh Indonesia. Nama itu di era 1980 ke bawah sangat populer, karena menjadi nama bandar udara, nasional maupun internasional. Beberapa event besar pernah "manggung" di lapangan terbang Kemayoran itu.

Sebut misalnya kedatangan pahlawan-pahlawan bulutangkis setiap mereka merebut juara Piala Thomas di luar negeri. Jalan-jalan di seputar bandara selalu dijubeli masyarakat yang ingin menyaksikan Rudy Hartono dkk. berikut Piala Thomas dari dekat. Begitu juga jika tamu negara datang, penduduk bercampur baru dengan murid-murid sekolah menyambut kedatangan sang tamu bersama Presiden kita waktu itu (Soekarno dan Suharto).

Moment yang juga tidak bisa dilupakan adalah pelaksanaan Indonesia Air Show pada 1986 yang menghadirkan pesawat-pesawat canggih dan akrobatik di udara Jakarta, misalnya Mirage 2000, Red Arrows, dan banyak lagi pesawat kiriman negara-negara adidaya.

Selain pernah menjadi lapangan terbang terbesar di Indonesia, nama Kemayoran juga dikenal untuk menyebut keaslian daerah di Jakarta tempo dulu. Ada istilah Keroncong Kemayoran di situ, ada pula penyanyi beken Benyamin Sueb yang sudah almarhum yang lahir dan besar dan kini menjadi ikon kota Jakarte. Nama sang artis itu kini dipakai untuk jalan bekas landasan pacu bandara Kemayoran.

Ketika masih menjadi pusat penerbangan sipil (yang militer sampai sekarang masih ada di Halim Perdana Kusuma), jalan maupun bangunan di sana masih tertata. Tapi, setelah ditinggal oleh burung-burung baja yang besar-besar itu, Kemayoran menjadi semrawut.

Memang ada Pekan Raya Jakarta (PRJ) yang diselenggarakan setahun sekali (setelah dipindah dari Taman Monas) dan selalu dibuka oleh Presiden, tapi suasana kesemrawutan tetap menyerbu. Selain PRJ, di sana juga sering digelar pameran berskala nasional maupun internasional.

Memang juga ada bangunan-bangunan tinggi sekarang ini, yakni berupa apartemen dan lapangan golf, serta cafe-cafe. Tapi, tetap saja suasana semrawut terpancar. Semrawut di sini bukan berarti banyaknya bangunan-bangunan kumuh, tapi juga bangunan-bangunan tinggi itu sepertinya menelan lahan-lahan penghijauan atau ruang terbuka yang tadinya masih banyak di sana.

***

Berbicara Kemayoran di sini bukan hanya area bekas lapangan terbang saja, tapi juga daerah-daerah di sekitar, seperti jalan Garuda, Angkasa, Rajawali, Haji Ung, Utan Panjang, Bendungan Jago, Serdang, Sunter, hingga seberang Ancol.

Saya menjadi saksi dari perubahan di sana, karena dari kecil hingga tua seperti sekarang ini tidak lepas dari daerah itu. Saya lahir di bilangan Senen dan tinggal di Kali Baru Timur (Bungur/Poncol), tidak jauh dari Kemayoran. Kemudian sejak 1976 pindah ke daerah Serdang yang dulu sering dibisingkan oleh deru pesawat. Tapi, ketika Indonesia Air Show, punya kenikmatan tersendiri menyaksikan atraksi itu. Saya juga sempat menyaksikan kedatangan tim Piala Thomas dari pinggir jalan Angkasa, yang entah terjadi pada tahun berapa (saya lupa).

Ketika masih kanak-kanak, bantaran kali Kali Baru Timur yang tembus ke Kali Item (Haji Ung), masih bisa dipakai untuk bermain sepakbola. Tapi, sekarang di kiri kanan kali sudah berdiri bangunan kios dan warung entah apalah.

Kalau ada pabrik tahu atau tempe di pinggir kali, memang sudah dari dulu. Juga ada pasar tradisional yang bernama Pasar Nangka. Atau juga ada kegiatan pedagang kaki lima di seputarn jembatan H.Ung, sduah dari dulu.

Tapi, yang lebih memperparah dan ini kaitannya dengan penghijauan adalah perkembangan bekas bandara dulu. Aparteman bertebaran, sehingga menyesakkan pemandangan. Apartemen itu semakin disindir kehadirannya, sebab diharapkan ada pula tower-tower untuk kelas menengah, bukan apartemen untuk kelas atas.

Ketika Wakil Presiden Jusuf Kalla meresmikan tower-tower itu ternyata belum dibangun. Jangan kan sudah berdiri kerangka, baru berupa miniatur. Wapres dikibuli oleh pengusaha yang tentu lebih untung membangun apartemen untuk kelas atas ketimbang tower-tower untuk menengah ke bawah.

Itulah Kemayoran kini, menjadi sarang penyamun juga.

Tidak ada komentar: