Kamis, 22 Oktober 2009

ISTANA MERDEKA

Kalau dihitung baru tiga kali saya datang ke komplek istana Jakarta di bilangan Monas atau tepatnya di jalan Merdeka Utara. Dua kali di era Presiden Habibie dan Presiden Megawati, dan sekali di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Hanya bedanya, kalau dua kali yang pertama itu hanya masuk di aula Istana Negara sedangkan yang sekarang di ruangan depan Istana Merdeka. Bedanya lagi, kalau dua kali sebelumnya dalam momen yang kurang penting, Hari Pers Nasional dan Munas KONI Pusat, maka yang terakhir datang ke sebuah acara yang mengandung sejarah amat penting, yaitu pada pengumuman Kabinet Indonesia Bersatu jilid II, Rabu (20/10) malam.

Datang juga secara kebetulan. Memburu beberapa hari Menteri Negara Pemuda dan Olahraga yang baru, Andi Malarangeng yang dilakukan sejak Sabtu. Meski rekan sesama Partai Demokrat, tapi untuk diwawancara ia tidak ingin tergesa-gesa. Barulah setelah beberapa jam diketahui pasti namanya masuk jajaran kabinet, ia menelpon. Datang ke Istana pada saat pengumuman.

Datang ke Istana bukan persoalan mudah, kalau bukan tamu-tamu penting, wartawan yang bisa masuk mengenakan ID khusus istana. Tanpa itu, pasukan pengawal Presiden melarangnya. Tapi, buat Andi semuanya beres. Ia meminta saya datang dengan berkoordinasi kepada biro pers istana. Nanti semuanya saya yang atur.

Karena ini menyangkut tugas, saya datang bersama dua wartawan BOLA, Dede Isharuddin dan Dony Winardi. Di pos penjagaan, karuan saja pengaman ketat diperlihatkan. Mengisi absen dan tak lama kemudian staf humas menjemput kami dan langsung mengantar kami ke Istana Merdeka.

Sebelum memasuki halaman parkir sekretariat negara, saya memang melihat kesibukan orang di teras Istana Merdeka. Untuk diketahui teras ini mengingatkan kita kepada kejadian tahun 2000 ketika Presiden Abdurrahman Wahid malam-malam meninggalkan Istana untuk lengser dengan mengenakan piyama sambil melambaikan tangan.

Sampai di teras istana, keramaian memang tampak, lalu kami diminta masuk ke ruangan depan. Nah ruangan depan ini juga mengingatkan kita kepada lengsernya Presiden Soeharto pada 1998 dengan pernyataan berhenti jadi presiden dan menyerahkan tongkat kepemimpinan kepada wakilnya B.J. Habibie.

Di ruangan inilah sudah ada ratusan wartawan media cetak maupun elektronik menunggu pengumuman dari Presiden SBY. Kami datang disambut oleh Kepala Pers Istana, Pak Nachrowi dengan karuan saja rekan-rekan pers agak keheranan. Kok tumben-tumbenan wartawan BOLA hadir di Istana? Nachrowi menjelaskan pelan, undangannya Andi Malarangeng.

Sudah seperti kita ketahui bersama, SBY muncul lalu mengumumkan susunan kabinet. Usai itu acara pun selesai. Tapi tidak dengan kami dan beberapa wartawan. Sebelum berangkat menuju istana, Andi Malarangeng sempat mengizinkan kalau mewawancarainya usai pengumuman. Namun, yang namanya jabatan ketika itu masih Juru Bicara Presiden, ia tidak bisa serta merta keluar sendiri. Ia harus bersama SBY sebelum sang Presiden meninggalkan Istana malam itu.

Maka sekitar satu jam lebih kami duduk-duduk di lorong sebelah Istana Merdeka, dekat parkir mobil Presiden, Wapres, dan beberapa menteri dan tentu mobil Andi Malarangeng. Posisi tepat di halaman luas yang membelah Istana Merdeka dengan Istana Negara.

Tampak dari kejauhan terlihat gazebo yang acap dipakai oleh penyanyi-penyanyi yang diundang SBY dalam berbagai acara di halaman Istana. Penuh sejarah dan penuh kenangan pastinya di komplek Istana. Apalagi buat kepala negara yang menempatinya sebagai tempat tinggal, seperti yang dilakukan SBY sekarang.

Selain SBY, tercatat Presiden pertama Soekarno bertempat tinggal di sana bersama keluarga. Begitu pula dengan Presiden Abdurrahman Wahid. Tapi tidak dengan Presiden Soeharto yang walau 32 tahun berkuasa tidak bertempat tinggal di sana. Begitu juga dengan B.J. Habibie dan Megawati Soekarnoputri. Bedanya, Megawati sempat merasakan tinggal di sana ketika menjadi bagian anggota keluarga Presiden Soekarno.

Sejak tahun lalu, komlek Istana Merdeka dibuka untuk umum pada hari Sabtu dan Minggu. Tentu untuk masuk ke sana melalui pemeriksaan yang ketat.Pada saat Hari Raya Idul Fitri, Presiden SBY dan beberapa Presiden sebelumnya membuka kesempatan masyarakat datang ke Istana mengucapkan selamat Hari Raya.