Selasa, 28 Juli 2009

Profesor

Tiba-tiba saja suatu pagi saya ditelpon oleh seorang wanita yang mengaku sekretaris Rhenald Kasali, pakar manajemen yang pada 4 Juli lalu dikukuhkan sebagai Guru Besar Ekonomi Universitas Indonesia. Sekretaris itu menyebut bahwa saya diundang menghadiri syukuran keberhasilan sang profesor di "Rumah Perubahan", rumah lain Rhenald.

Rhenald memang kawan lama saya. Kami masih sering kontak. Rumah Perubahan sempat saya kunjungi dua kali, letaknya di Jati Murni, Pondok Gede, Bekasi. Ketika belum jadi, setengah jadi, dan pada Sabtu (17/7), ketika acara syukuran berlangsung, bangunannya sudah sempurna. Sudah ada kantor, tempat pertemuan, tempat menginap, makan bersama, dan banyak lagi.

Pengukuhannya sendiri sempat saya baca di media dan facebook-nya. Saya sempat mengucapkan selamat untuknya. Pantaslah dia menyandang gelar itu, karena ia sudah lama mengajar, apalagi dengan jabatannya sebagai Direktur MM UI. Profesor menjadi gelar tertinggi dalam akademik dan dia telah meraihnya. Merupakan inspirasi dan pacuan buat semangat saya untuk terus belajar. Tapi, untuk mencapai gelar itu, wawlahualam deh. S3 saja masih dalam perjalanan, umur sudah kepala lima. Jadi, nggak apa-apalah kalau sebagai temannya profesor.

Pada malam syukuran banyak kerabatnya hadir, terutama tentu para teman yang menjadi perjalanan sejarah Rhenald. Di antaranya adalah Rano Karno, artis yang kini menjadi wakil bupati Tangerang. Bang Doel itu teman sekelas Rhenald ketika masih di SMP Budi Mulia Jakarta. Mayoritas yang hadir memang alumni UI.

Yang di luar UI terlihat pula Adang Dorojatun, mantan Wakapolri yang pernah mencalonkan diri jadi Gubernur DKI, presenter Fenny Rose, Daan Project Pop, pemilik London School Prita dan suaminya, Kemal, pemilik Panti Pijat Bersih dan Sehat, Haryono, pemilik kebun durian Warso Farm, Warso, dan banyak lagi.

Saya di situ juga hadir merupakan saksi perjalanan Rhenald. Saya adalah kawan pertama Rhenald berkenalan dengan jurnalistik saat kami baru diterima sebagai calon karyawan di Kelompok Kompas Gramedia 1984-85. Gile ude lama ye?

Perjalanan Rhenald sebagai profesor amat menarik. Ia sempat tidak naik kelas di sekolah dasar. Menurut Rano, waktu SMP Rhenald juga tidak begitu pintar. Bahkan ketika lulus sarjana saja, IPK-nya tidak sampai 3. Semuanya itu bukan menjadi halangan buatnya untuk menembus "kekakuan" akademik dengan berhasilnya ia meraih beasiswa ke Amerika Serikat dan meraih Phd.

Menarik apa kata Haryono, si pengusaha pijat yang sudah mengembangkan sayap ke restoran itu.

"Ada tiga ciri profesor yang mudah dijumpai. Pertama kepalanya botak. Kedua, berkacamata tebal. Dan yang ketiga, orangnya pikun. Itu semua tidak ada pada diri Rhenald Kasali yang gemar pijat sehat dan bersih itu," ceritanya disambut gelak tawa. Rhenald memang masih tampan, kepalanya belum botak, dan juga belum pikun.

Selamat, Bro!